Entri Populer

Selasa, 25 Januari 2011

Bandar Judi Dibalik Kekalahan TIMNAS .....?????







MEDAN
Disini Berita tercepat akan mengulas balik selama ini TIMNAS di Indonesia . Sejak bergulirnya kejuaraan Piala ASEAN Football Federation (AFF) sejak 1 Desember 2010 lalu, jutaan masyarakat Indonesia seperti dibuat tersihir oleh penampilan apik Timnas Garuda. Bermain menyerang, atraktif, mencetak banyak gol dan hadirnya dua pemain indo di tim, Irfan Bachdim (nomor 17) serta Christian Gonzalez (nomor 9), membuat Timnas menjadi bahan obrolan yang tak pernah habis diperbincangkan.
Bahkan Irfan Bachdim, Bambang Pamungkas (nomor 20) hingga Arief Suyono (nomor 14) bisa menjadi Trending Topic Worldwide di situs mikroblogging Twitter. Hasil gemilang Timnas Indonesia selama babak penyisihan Grup A Piala AFF 2010 tak lepas dari peran pelatih kepala Alfred Riedl (61), serta dua asistennya Wolfgang Pikal dan Widodo C Putro. Riedl terkenal dengan sikapnya yang disiplin dan keras dalam menggembleng anak-anak Timnas selama latihan maupun ketika memberikan instruksi di ruang ganti dan pinggir lapangan.
Tak jarang beberapa pemain bintang yang tidak disiplin selama latihan kena semprot mulut pedas Riedl. Sanksi tegas pun pernah dijatuhkan ke beberapa pemain Timnas yang dinilai tidak mematuhi aturan, mulai membayar denda hingga disuruh push up puluhan kali di pinggir lapangan latihan.
Keputusan Riedl yang paling berani ialah mencoret nama Boaz Salosa dari skuad inti merah putih. Padahal selama ini Boaz adalah bintang di klubnya Persipura Jayapura dan juga punggawa Timnas selama lima tahun terakhir. Boaz juga punya skill bermain bola yang di atas rata-rata pemain Indonesia.
Sayangnya Boaz dinilai Riedl punya perangai yang sulit diatur.
Riedl juga tak mempan intervensi segelintir pengurus PSSI dalam kebijakan penentuan skuad tim serta taktik yang diterapkan. Pria berpaspor Austria itu selalu bersikukuh kalau semua keputusan terkait pemilihan pemain, strategi, taktik, porsi latihan hingga menu makanan, ditentukan olehnya.
Hasilnya: Malaysia diganyang dengan skor 5-1, Laos dipermalukan dengan angka telak 6-0 dan Indonesia bisa mengalahkan musuh bebuyutannya selama ini Thailand dengan skor 2-1.
Yang terbaru, Timnas mampu mengalahkan Filipina di Semifinal Piala AFF 2010 pertama dengan skor 1-0 lewat gol Christian Gonzalez.. Filipina yang dilatih oleh pelatih asal Inggris Simon McMenemy menjelma menjadi tim kuat di Asia Tenggara. Kebijakan Federasi Sepak Bola Filipina dengan melakukan naturalisasi terhadap delapan pemain bule menghasilkan prestasi instan, masuk Semifinal pertama kalinya di ajang Piala AFF (dulu Piala Tiger-red).
Namun kerja keras Timnas belum selesai. Kemenangan dengan selisih satu gol belum menjamin Indonesia bakal lolos ke Final. Karena Indonesia dan Filipina akan kembali bertemu di Semifinal kedua pada 19 Desember 2010.
Jika Filipina mencetak satu gol atau bahkan menang, pupus sudah semua kebahagiaan yang dirasakan oleh pemain dan rakyat Indonesia.
Sejumlah perbaikan pun harus dilakukan oleh pelatih dan pemain.
Seperti lini belakang Timnas yang beberapa kali kurang koordinasi. Duet jantung pertahanan Maman Abdurrahman (nomor punggung 5) dan Hamka Hamzah (nomor 23) harus rajin-rajin berkomunikasi. Keduanya juga harus lebih sering memberitahu kiper Markus Horison untuk tidak sembrono mengawal gawang Indonesia. Beberapa kali keputusan Markus maju jauh ke depan hampir menciptakan gol untuk tim lawan.
Untuk lini tengah dan depan Indonesia faktor stamina yang fit harus terus dijaga. Lalu sikap bermain yang egois, seperti yang beberapa kali diperlihatkan Oktovianus Maniani (nomor 10 dan Irfan Bachdim tak boleh diulangi lagi. Kepentingan dan kemenangan tim adalah segalanya!
Selain berterima kasih kepada pelatih dan pemain yang berjibaku di lapangan, acungan dua jempol juga layak ditujukan kepada suporter merah putih. 40 ribu hingga 70 ribu penonton tak pernah bosan menyanyi dan bersorak selama menonton dan mendukung Timnas Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Senayan yang legendaris itu.
Bahkan Filipina pun mengagumi fanatisme ribuan penonton yang hadir di GBK ketika melakoni babak Semifinal pertama.
Semua momentum euforia ini harus terus dijaga hingga Indonesia main di Final (24 dan 29 Desember 2010) hingga akhirnya Firman Utina cs menjadi juara Piala AFF untuk pertama kalinya.
Jika Indonesia juara, pekerjaan dan tanggung jawab tidak lantas usai. Semua pihak harus terus menjaga prestasi ini dengan sungguh-sungguh dan berkelanjutan.
Mulai dari pengurus PSSI yang harus merubah mentalnya selama ini. Manajemen bobrok dan tidak transparan benar-benar harus dihapus. PSSI juga harus bisa mengakomodir beberapa usulan dari pihak di luar PSSI mengenai roda kompetisi profesional, pembinaan pemain muda sampai manajemen tim nasional.
Pemain pun juga harus terus menjaga kedisiplinannya sebagai atlet profesional. Memperhatikan pola makan, gizi, istirahat, porsi latihan hingga meninggalkan rokok dan miras, penting untuk dilakukan.
Klub bola profesional sebagai salah satu ujung tombak pembinaan pemain juga harus menjadi modern. Pola pembinaan, pelatihan dan manajemen seperti yang dimiliki klub-klub di Eropa maupun Jepang dan Korea Selatan bisa menjadi acuan. Setidaknya beberapa poin kelebihan mereka bisa kita contoh.
Peran pemerintah juga tak boleh dilupakan. Membangun sarana olahraga yang modern dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan olahraga harus segera dilakukan jika kita ingin nama Indonesia semakin harum di dunia internasional. Membangun sarana olahraga adalah salah satu kunci meningkatkan prestasi olahraga. Menambah anggaran untuk peningkatan prestasi akan mubazir jika kita tidak memiliki sarana olahraga yang mumpuni.
Staf kepelatihan lokal juga harus terus ditingkatkan mutunya. Mulai dari penyeleksian staf pelatih, mengirimnya sekolah ke luar negeri, seperti Cina, Jepang, Australia, Amerika Serikat atau Rusia, bisa dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman melatih para pelatih lokal.
Menyewa pelatih asing juga tidak diharamkan. Metode kepelatihan pelatih asing yang berwawasan jauh ke depan, disiplin, ketat dan tanpa kompromi penting untuk membina atlet Indonesia.
Lalu yang hingga kini belum dilakukan oleh Indonesia ialah Science Sport atau peningkatan mutu latihan dan prestasi dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Di Eropa, AS dan beberapa negara Asia, Science Sport adalah faktor penentu prestasi sebuah negara, selain atlet, pelatih, sarana olahraga dan pengurus organisasi.
Semoga dengan penampilan Timnas Indonesia seperti saat ini bisa memberikan semangat dan inspirasi bagi semua insan olahraga, media, pemerintah dan masyarakat luas untuk ikut serta mengangkat nama Indonesia di ajang internasional. Mungkin sampai saat ini, masyarakat Indonesia masih menyimpan kekecewaan besar setelah Timsas Garuda ditekuk Malaysia 3-0, Minggu (26/12) .

Terlebih, ada yang berbeda dalam pertandingan kemarin. Permainan Timnas tak berkembang saat bertandang ke stadion Bukit Jalil, Malaysia. Ini tentu berbeda saat Firman Utina dkk merebut kemenangan beruntun sejak babak penyisihan grup hingga semifinal melawan Filipina.

Pelatih Alfred Riedl menuding faktor nonteknis ikut mempengaruhi kekalahan timnas. Ada lampu Laser yang menyorot mata kiper Markus Haris Maulana, ditambah gol perdana striker Moh. Safee yang meruntuhkan mental juang tim Merah Putih. Ada juga kegiatan dan undangan yang dianggap tidak ada hubungan dengan pertandingan digelar PSSI, sehingga mengganggu konsentrasi pemain.

PSSI berkilah jika tudingan Riedl tak sepenuhnya benar. Induk sepakbola Indonesia ini mengaku telah bekerja maksimal. Meskipun, mereka sepakat dengan Riedl jika ada ganggungan nonteknis yang mempengaruhi kekalahan timnas. Ketua Umum PSSI Nurdin Halid menyebut ada serbuk berbahaya yang sengaja disebar Malaysia di depan gawang Markus.

Tim PSSI telah menyelidiki dan melaporkan serbuk berbahaya yang bisa menyebabkan alergi dan gatal-gatal bila terkena kulit. “Markus sampai mengalami bengkak-bengkak,” katanya.

Dalam keseluruhan persoalan ini ada yang luput dari sorotan publik. Bisa jadi kekalahan ini ikut dipengaruhi oleh bandar judi yang ingin meraup keuntungan berlipat-lipat dari kekalahan Timnas. Meskipun fakta ini masih perlu dibuktikan. Namun, mantan pemain Timnas IGK Manila telah mengingatkan ada upaya untuk melemahkan Timnas dari dalam.

Salah satu hal yang disebutnya berpotensi menggerogoti permainan Timnas adalah bandar judi yang bergentayangan. Terlebih di Malaysia, judi sudah dilegalkan dan memiliki omzet miliaran rupiah dalam sekali pertandingan. Karenanya, mereka tidak akan segan melakukan cara kotor untuk memengaruhi hasil pertandingan, menjadi seperti yang mereka inginkan.

“Ia mengilustrasikan jika di pasaran judi Indonesia diunggulkan menang. Maka, bagaimana caranya bandar-bandar judi itu akan berusaha untuk membuat Indonesia kalah. Karena, dengan begitu mereka akan mendapatkan keuntungan melimpah”.

Selama ini memang tidak pernah terbukti ada pemain yang berhasil disuap oleh bandar judi. Tapi, dengan jumlah sogokan yang mencapai ratusan sampai miliaran rupiah, bisa membuat siapa saja tergiur.

“Saya berharap semua komponen dalam TimNas mampu menjaga mental mereka, agar tidak menyesal di kemudian hari,” kata mantan pelatim Persija itu.

Merujuk pada pengalamannya melatih Timnas kala terakhir kali meraih emas SEA Games 1991, hari-hari menjelang final adalah waktu di mana faktor non-teknis terasa begitu kencang. Beruntung, saat itu, Indonesia berhasil mengalahkan Thailand di final melalui adu penalti. Sebelum final itu digelar, banyak orang yang ingin menemuinya. Tapi, dia menolaknya. Manila yakin, banyak orang-orang yang ingin bertemu dengannya saat itu adalah bandar judi yang akan menyogoknya.

Menurutnya, ofisial dan tim Pelatih harus melakukan langkah preventif akan kekhawatirannya itu tidak terbukti. Para pemain harus diisolasi. Tidak boleh menerima telepon dari siapa pun, tidak boleh memberikan keterangan kepada pers. Tujuannya, agar saat bertanding mereka benar-benar berkonsentrasi saat berada di lapangan.

Kekhawatiran terhadap bandar judi juga pernah dikeluhkan mantan Presiden Federasi Sepakbola Filipina (PFF) Johnny Romualdez menjelang laga semifinal AFF antara Filipina versus Indonesia. Saat itu Johnny Romualdez meminta tim Filipina waspada karena bandar judi ingin memanipulasi skor.

Ia mencium adanya upaya sabotase yang dilakukan bandar judi, yang berupaya memanipulasi skor pertandingan dengan cara penyuapan bahkan meracuni makanan pemain.

“Mereka (bandar judi) akan memasang keunggulan 3-5 gol (untuk Indonesia). Mereka pasti akan menghalalkan segalanya untuk melemahkan tim lawan.Dalam pertandingan menuju ke semifinal, saya melihat pemain dari satu tim berpesta dengan gadis-gadis di malam hari. Anda lalu bertanya-tanya siapa yang mengirim gadis-gadis itu,” katanya seperti dikutip Philstar.

“Kemudian, ada bahaya keracunan makanan. Aku tahu saat tim nasional bermain di luar negeri, mereka membawa seorang koki yang membeli makanan dari pasar dan memasak untuk para pemain sehingga mereka tidak tergantung pada makanan yang disediakan oleh tuan rumah. Mereka (bandar judi) bisa menyabotase makanan Anda,” tambahnya.

Namun, lebih daripada itu, judi di Malaysia yang terletak di Genting Highlands, memang sudah dikenal luas di mancanegara. Inilah Las Vegas, Malaysia. Genting Highland adalah sebuah dataran tinggi di luar Kuala Lumpur, Malaysia. Terletak 2.000 meter dari Terletak 2.000 meter dari permukaan laut, Genting Highlands, menjadi lahan subur bagi penggemar taruhan, mereka berduyun-duyun datang ke sini, berwisata di resort sekaligus mengadu nasib.

Pada akhir Mei 2010, majalah Forbes menempatkan keluarga dibalik bisnis kasino ini dalam jajaran 40 orang kaya Malaysia. Lim Kok Thay, pemimpin Genting Group ditempatkan sebagai salah satu taipan terkaya. Total hartanya US$ 360 juta atau Rp 3,3 triliun.

Sedangkan, ibunya, Lee Kim Hua, 81 tahun, malah masuk peringkat keempat orang kaya Malaysia. Janda dari Lim Goh Tong yang memiliki enam anak ini memiliki harta 10 kali lipat dari anaknya, yakni sebesar US$ 4 miliar atau Rp 37 triliun.

Lim Goh Tong, pendiri Genting Group meninggal pada 23 Oktober 2007. Saat masih hidup, dia sangat populer di Malaysia. Dia dianggap sukses menyulap perbukitan “Genting Highlands” yang semula bukan apa-apa menjadi salah satu resort wisata dan pusat kasino paling sukses di dunia. Di sini, banyak tukang judi dari berbagai negara mempertaruhkan duitnya.

Kini, bisnis Lim Goh Tong diteruskan oleh anaknya Lim Kok Thay yang sudah terlibat sejak 1976, saat masih berusia 24 tahun. Kok Thay menyelesaikan pendidikan sarjana Teknik Sipil dari University of London serta mengikuti program manajemen dari Harvard University pada 1979.

Di bawah kendali Kok Thay, bisnis Genting Group berkembang keluar Malaysia. Sayap bisnis kasinonya melebar ke Inggris, Macau, Phillipina dan sekarang Singapura. Beberapa Tahun lalu, Lim menjadi pemegang saham Star Cruises Ltd, perusahaan yang terdaftar di bursa Hong Kong. Star Cruises mengakuisisi Macau Land Investment Corporation yang disebut-sebut juga mengembangkan bisnis kasino.

Bahkan, pada 2008, di Phillipina, Star Cruises mengambil alih saham Travellers International Hotel Group, juga akan mengembangkan kawasan hotel dan kasino di Philipina.

Tahun ini, dia membuka resort lengkap di Pulau Sentosa di Singapura. Di sana ada empat hotel, universal studio dan kasino. Grup bisnis ini juga mengelola kasino di Inggris.

Lepas dari segala hal di atas, menjelang laga final kedua di stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada 29 Desember mendatang. Semua official dan para pemain TimNas harus di karantina. Agar persoalan nonteknis yang bisa merusak konsentrasi dan permainan bisa disingkirkan. Kita tentu berharap TimNas tidak menjadi bagian dari permainan panas para bandar judi yang selalu menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan.Disini kita dapat mengambil kesimpulan sendiri , apakah berita tersebut benar atau memang keadaan fisik para pemain memang sudah drop akibat letihnya bertanding dan banyaknya undangan yang harus di hadirin . (tian43a)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar